Makam Putri Tujuh merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Kota Dumai, Propinsi
Riau. Makam ini dipercaya mempunyai nilai sejarah dan keunikan tersendiri.
Tidak seperti makam pada umumnya, di makam ini terdapat tujuh kuburan putri
yang dimakamkan secara bersama-sama. Ketujuh putri tersebut merupakan anak dari
Ratu Cik Sima, penguasa Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Ketika perang melanda
kerajaan Seri Bunga Tanjung, tujuh putri kerajaan ini meninggal dengan cara
misterius dan dimakamkan secara bersama-sama. Makam Putri Tujuh inilah yang
merupakan bukti keberadaan cerita meninggalnya tujuh putri kerajaan Seri Bunga
Tanjung tersebut.
Dalam legendanya, konon, pada zaman
dahulu kala hiduplah tujuh orang putri dalam Kerajaan Seri Bunga Tanjung yang
diyakini bertempat di daerah Dumai sekarang. Ketujuh putri tersebut mempunyai
paras yang cantik. Namun, di antara tujuh putri ini, putri bungsulah yang paling
cantik. Ia bernama Mayang Sari. Namun karena kecantikannya itu, ia dikenal
dengan nama Mayang Mengurai.
Pada suatu hari, tujuh putri istana itu
mandi di Lubuk Sarang Umai. Karena asik bercengkerama, ketujuh putri tersebut
tak menyadari kalau mereka diperhatikan oleh beberapa orang. Orang-orang ini
adalah pangeran dari Kerajaan Empang Kuala beserta pengawal-pengawalnya.
Pangeran Empang Kuala merasa terpesona dengan Putri Mayang Sari dan berhasrat
meminang sang putri. Pada saat yang ditentukan, datanglah utusan pangeran
Empang Kuala ke Kerajaan Seri Bunga Tanjung dengan tujuan melamar putri Mayang
Sari. Namun, menurut adat Kerajaan Seri Bunga Tanjung, hanya putri sulunglah
yang berhak mendapat pinangan dulu, sedangkan putri Mayang Sari adalah putri
bungsu yang belum boleh menerima lamaran. Oleh karena aturan adat tersebut,
maka lamaran Pangeran Empang Kuala pun ditolak.
Mendengar laporan penolakan lamaran
itu, sang pangeran pun naik pitam dan dengan segera memerintahkan pasukannya
untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pada suatu hari, Kerajaan Seri
Bunga Tanjung akhirnya diserang oleh bala tentara Kerajaan Empang Kuala, yang
mengakibatkan kesalamatan keluarga istana terancam. Ratu Cik Sima, sebagai
penguasa Raja Seri Bunga Tanjung, dengan segera melarikan ketujuh putrinya ke
tengah hutan dan menyembunyikannya di dalam sebuah lubang yang terlindung oleh pepohonan
dengan berbekal makanan seperlunya. Setelah pertarungan dua kerajaan tersebut
berakhir, Ratu Cik Sima bergegas mendatangi tempat persembunyian tujuh
putrinya. Sesampainya di sana, alangkah terkejutnya sang Ratu karena tujuh
putrinya sudah dalam keadaan tak bernyawa, karena kehabisan bekal makanan. Di
tempat inilah ketujuh putri tersebut akhirnya dimakamkan.