Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya semata, Kraton juga menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa, sekaligus penjaga nyala kebudayaan tersebut.
Di tempat ini wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta dilestarikan. Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya Hutan Beringin sebagai tempat berdirinya kraton dikarenakan tanah tersebut diapit dua sungai sehingga dianggap baik dan terlindung dari kemungkinan banjir. Meski sudah berusia ratusan tahun dan sempat rusak akibat gempa besar pada tahun 1867, bangunan Kraton Yogyakarta tetap berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik.
Selama menjadi keraton kasultanan sampai sekarang Keraton Kasultanan Yogyakarta telah dipimpin oleh 10 Sultan. Kesepuluh sultan tersebut adalah :
- Sri Sultan Hamengku Buwono I memerintah dari tahun 1755 sampai dengan tahun 1792
- Sri Sultan Hamengku Buwono II memerintah dari tahun 1792 sampai dengan tahun 1810
- Sri Sultan Hamengku Buwono III memerintah dari tahun 1810 sampai dengan tahun 1813
- Sri Sultan Hamengku Buwono IV memerintah dari tahun 1814 sampai dengan tahun 1822
- Sri Sultan Hamengku Buwono V memerintah dari tahun 1822 sampaidengan tahun 1855
- Sri Sultan Hamengku Buwono VI memerintah dari tahun 1855 sampai dengan tahun 1877
- Sri Sultan Hamengku Buwono VII memerintah dari tahun 1877 sampai dengan tahun 1921
- Sri Sultan Hamengku Buwono VIII memerintah dari tahun 1921 sampai dengan tahun 1939
- Sri Sultan Hamengku Buwono IX memerintah dari tahun 1939 sampai dengan tahun 1988
- Sri Sultan Hamengku Buwono X memerintah dari tahun 1988 sampai dengan sekarang.
Dengan menempati area seluas 1,3 km persegi keraton dibangun dengan konsep kosmologi jawa yakni alam terbagi menjadi 3 bagian yakni atas sebagai tempat para dewa kemudian bagian tengah sebagai tempat manusia dan bawah sebagai tempat kekuatan jahat, sedangkan bagian atas dan bawah dibagi lagi masing masing menjadi 3 bagian yang seluruhnya jadi 7 bagian. Bagian tersebut adalah :
- Lingkungan Alun alun utarasampai siti Hinggil utara
- Keben atau kemandungan utara
- Sri Manganti
- Pusat Kraton
- Kemagangan
- Kemandungan Kidul
- Alun alun selatan sampai siti hinggil selatan
Sedangkan secara tata ruang keraton di susun dengan pola kosentrik yakni :
- Lapisan luar, disini terdapat Alun alun utara dan selatan dengan masing masing antributnya. Alun alun utara dengan Masjid Agung, Pekapalan, Pagelaran dan pasar yang membentuk catur gatara tunggal. Alun alun selatan dengan Kandang Gajah kepatihan sebagai prasaranan birokrasi dan Benteng sebagai prasarana militer.
- Lapisan kedua, Siti Hinggil merupakan halaman dengan pelataran yang ditinggikan. Ini juga terdapat di sisi utara dan selatan. Siti Hinggil utara ada bangsal witana dan bangsal manguntur tangkil tempat untuk mengadakan upacara kenegaraan, sedangkan siti hinggil selatan digunakan untuk melihat latihan keprajuritan. Bagian terakhir pada lapisan kedua ini adalah supit urang/pamengkang yaitu jalan yang melingkari Siti Hinggil.
- Lapisan ketiga berupa Pelataran Kemandhungan utara dan selatan. Ini merupakan ruang transisi menuju pusat. Pada pelataran kemandungan utara terdapat bangsal pancaniti sebagai tempat sultan melakukan pengadilan khusus perkara yang ditangani raja. Selain itu sebagai ruang tunggu abdi dalem untuk menghadap raja.
- Lapisan ke empat terdiri dari Pelataran Sri Manganti dengan bangsal Sri manganti sebagai ruang tunggu menghadap raja, dibagian ini juga terdapat bangsal trajumas di utara pelataran kemagangan dan bangsal kemagangan disisi selatannya.
- Lapisan akhir adalah merupakan pusatnya yakni terdapat pelataran kedhaton yang terdiri dari Tratag, Pendhopo, pringgitan dalem.
- Sebagai penghubung antar pelataran dibatasi dengan benteng dan gerbang sehingga terdapat 9 gerbang pada 9 pelataran dan nama gerbang tersebut adalah Gerbang Pangurakan, Gerbang Brajanala, Gerbang Srimanganti, Gerbang Danapratapa, Gerbang Kemagangan, Gerbang Gadung Mlathi, Gerbang Kamandhungan, Gerbang Gadhing, dan Gerbang Tarub Agung
Sumber :
panduanwisata.com